Yogyakarta, atau Jogja, sebagaimana tidak jarang disebut dengan cinta, lebih dari sekadar rumah untuk kuil dan istana yang megah. Itu ialah kisah dan kebiasaan yang mendalam di yayasannya yang menjelaskan kenapa orang terus datang pulang dan mencari dalil untuk tetap tinggal. Dari sejarah sampai pengalaman wisata terkenal, temukan hati dan jiwa Jawa.

Daerah Istimewa Yogyakarta

Di antara 34 provinsi di negara itu, melulu dua yang diserahkan status ‘wilayah istimewa’: Aceh dan Yogyakarta. Bagi yang terakhir, tersebut berarti pernyataan dan otonomi tertentu masih diserahkan kepada monarki Yogyakarta, meskipun adalahbagian dari Republik Indonesia. Itu meninggalkan perencanaan kota, pemerintahan, dan kultivasi kebiasaan di tangan tradisi berabad-abad yang dijalankan oleh monarki.

Jadi andai Anda beranggapan kerajaan Indonesia ialah masa lampau yang melulu diwakili oleh reruntuhan candi dan buku-buku sejarah, trafik sederhana ke Yogyakarta akan memperlihatkan Anda salah. Saat pesta rakyat dan acara tradisional dirajut dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menyaksikan bagaimana kesultanan Yogyakarta tidak melulu hidup dan sehat – tersebut menonjol.

Kompleks kerajaan Yogyakarta

Masih hari ini, istana kerajaan Yogyakarta tetap menjadi inti kehidupan tradisional. Lokasinya menandai titik konsentrasi dari semua wilayah Sultan, sebab menciptakan garis imajiner dengan Gunung Merapi di sebelah utara, monumen Yogyakarta, dan Laut Selatan yang mistis.

Istana ini masih adalahrumah untuk keluarga kerajaan, namun sebagiannya tersingkap untuk wisatawan. Upacara upacara yang bertolak belakang masih dilaksanakan di dalam temboknya, sejumlah harian, yang beda menurut keterangan dari almanak tradisional. Bahkan arsitektur dari istana megah ini menggambarkan simbol dan filosofi yang mendalam dari orang Jawa dalam masing-masing detail kecil. Kadang-kadang kita dapat menyaksikan abdi dalem, pelayan setia dan juru kunci guna kerajaan, dengan tata krama dan pakaiannya yang ditata secara cermat.

Candi-candi besar di Yogyakarta

Tidak mungkin merundingkan tentang Yogyakarta tanpa melafalkan kuil kuno yang megah di dalam atau di sekitar wilayahnya. Meskipun kesultanan Yogyakarta secara resmi ialah Muslim sekarang, distrik ini masih menonton tingginya pengaruh dari agama Buddha dan Hindu selama kemajuan sebelumnya. Candi Borobudur, cagar alam Buddha terbesar di dunia, ialah bukti yang tidak bisa dilewatkan dari episode tersebut dalam sejarah. Kompleks candi sebetulnya berada di bawah distrik Jawa Tengah, namun Yogyakarta tetap menjadi pusat yang sangat populer guna pembangunan candi di wilayah tersebut. Ditambah lagi, Yogyakarta dan Jawa Tengah dulu adalahsalah satu di bawah kerajaan Mataram sampai-sampai warisan ingin sangat serupa.

Candi beda yang familiar di Yogyakarta ialah Candi Prambanan. Dibangun pada abad ke-9, kuil ini memuliakan dewa-dewa Hindu, tetapi banyak sekali Shiva, dewa penghancuran. Komplek ini terdiri dari ratusan kuil batu dan kuil, dengan ukiran batu berukir di atasnya. Untuk mereka yang hendak melihat sejarah menjadi hidup, tinggallah sampai senja untuk menonton balada Ramayana yang mulia yang dilaksanakan di halaman kuil.

Wali kebiasaan Jawa

Melestarikan dan menumbuhkan kebiasaan kuno mereka yang berharga ialah sebuah penelusuran yang paling serius di Yogyakarta. Kesultanan dan sektor swasta ingin mematuhi kelaziman dan tradisi yang memperbanyak mereka. Dari restoran etnik yang menggabungkan resep warisan budaya, sampai desa pembuat batik, kebiasaan dijamin di seluruh lini. Dengan tetap mengemban upacara dan ritual yang rumit di Jawa tradisional, dan mengajarkannya untuk generasi yang lebih muda, kesultanan terus melayani sebagai lokasi lahir kemajuan Jawa yang dulunya berpengaruh di pulau itu.

Ullen Sentalu ialah museum swasta di Yogyakarta yang didedikasikan guna melestarikan dan menampilkan kebiasaan Jawa. Dalam koleksi batik, relik, bahkan potret dan surat yang mengesankan, museum menciduk kenangan, emosi, dan visi dari masa kemudian kota. Dengan koleksi pribumi yang didapatkan dari kesultanan tersebut sendiri di gedung-gedung megah dan terpelihara dengan baik, museum pemenang penghargaan ini pun adalahsorotan pariwisata yang tak boleh dilewatkan dari Yogyakarta.

Yogyakarta Modern

Yogyakarta ialah benteng guna tradisi dan budaya. Namun, ia masih sukses mencapai ekuilibrium antara tradisional dan modern. Selama bertahun-tahun, monarki terus mengindikasikan kesiapannya guna beradaptasi dan merangkul yang terbaik dari kedua dunia.

Makanan gudeg tradisional kini disajikan di restoran mewah besar di samping warung tradisional. Seni jalanan bisa ditemukan di tidak sedikit sudut, barangkali di samping lokasi tinggal dengan dekorasi ukiran kayu tradisional di façade-nya. Dan andai cinta kita terhadap AC tidak memungkinkan Anda melakukan pembelian barang di pasar tradisional, tidak jarang kali ada pusat perbelanjaan dan butik yang memasarkan batik khayalan Anda.